Wednesday, 2 October 2013

Candi Jawi



source : adie_journalist

*Lokasi
                 Candi Jawi terletak di kaki Gunung Welirang,
tepatnya di Dusun Jawi Desa Candi Wates, Kecamatan
 Prigen, Kabupaten Pasuruan, sekitar 31 km dari kota 
Pasuruan dan 7km dari kota Pandaan. Candi yang letaknya 
strategis diantara daerah wisata Tretes merupakan tempat 
wisata yang mudah dijangkau dan dikunjungi .



*Sejarah
             Menurut beberapa sumber yang dihimpun oeh http://candi.pnri.go.id Bangunan candi dapat  
dikatakan masih utuh karena telah berkali-kali mengalami 
pemugaran. Candi Jawi dipugar untuk kedua kalinya tahun
1938-1941 dari kondisinya yang sudah runtuh. Akan tetapi, 
pemugaran tidak dapat dituntaskan karena banyak batu 
yang hilang dan baru disempurnakan pada tahun 1975-1980.
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa 
Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Kerajaan 
Singasari, Kertanegara, untuk tempat beribadah bagi umat
 beragama Syiwa-Buddha. Raja Kartanegara adalah 
seorang  penganut ajaran Syiwa Buddha. Selain sebagai 
tempat ibadah, Candi Jawi juga merupakan tempat 
penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Hal ini memang 
agak mengherankan, karena letak Candi Jawi cukup jauh
 dari pusat Kerajaan Singasari. Diduga hal itu disebabkan karena rakyat di daerah ini sangat setia kepada raja dan banyak yang menganut ajaran Syiwa-Buddha. Dugaan tersebut didasarkan pada 
kenyataan bahwa saat Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara, melarikan diri setelah 
Kertanegara dijatuhkan oleh Raja Jay akatwang dari Gelang-gelang (daerah Kediri), ia sempat 
bersembunyi di daerah ini, sebelum akhirnya mengungsi ke Madura.

         Salah satu keunikan Candi Jawi adalah batu yang dipakai sebagai bahan bangunannya terdiri dari dua jenis. Dari Kaki sampai selasar candi dibangun menggunakan batu berwarna gelap, tubuh candi menggunakan batu putih, sedangkan atap candi menggunakan campuran batu berwarna gelap dan putih. Diduga candi ini dibangun dalam dua masa pembangunan. Kitab Negarakertagama menyebutkan bahwa pada tahun 1253 Saka (candrasengkala: Api Memanah Hari) Candi Jawi disambar petir. Dalam kejadian itu arca Maha Aksobaya menghilang. Hilangnya arca tersebut sempat membuat sedih Raja Hayam Wuruk ketika baginda mengunjungi Candi Jawi.  Setahun setelah disambar petir, Candi Jawi dibangun kembali. Pada masa inilah diperkirakan mulai digunakannya batu putih. Penggunaan batu putih tersebut juga mengundang pertanyaan, karena yang terdapat di kawasan G. Welirang kebanyakan adalah batu berwarna gelap. Kemungkinan batu-batu tersebut didatangkan dari pesisir utara Jawa atau Madura.
Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 m2, yang dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m. Bangunan candi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 meter dengan panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Bentuknya tinggi ramping seperti Candi Prambanan di Jawa Tengah dengan atap yang bentuknya merupakan paduan antara stupa dan kubus bersusun yang meruncing pada puncaknya. Posisi Candi Jawi yang menghadap ke timur, membelakangi Gunung Pananggungan, menguatkan dugaan sebagian ahli bahwa candi ini bukan tempat pemujaan, karena candi untuk peribadatan umumnya menghadap ke arah gunung, tempat bersemayam kepada Dewa. Sebagian ahli lain tetap meyakini bahwa Candi Jawi berfungsi sebagai tempat pemujaan. Posisi pintu yang tidak menghadap ke gunung dianggap sebagai akibat pengaruh ajaran Buddha.
Kaki candi berdiri di atas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m dengan pahatan relief yang memuat kisah tentang seorang pertapa wanita. Tangga naik yang tidak terlalu lebar terdapat tepat di hadapan pintu masuk ke garba grha (ruang dalam tubuh candi). Pahatan yang rumit memenuhi pipi kiri dan kanan tangga menuju selasar. Sedangkan pipi tangga dari selasar menuju ke lantai candi dihiasi sepasang arca binatang bertelinga panjang.
            Di sekeliling tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar. Bingkai pintunya polos tanpa pahatan, namun di atas ambang pintu terdapat pahatan kalamakara, lengkap dengan sepasang taring, rahang bawah, serta hiasan di rambutnya, memenuhi ruang antara puncak pintu dan dasar atap. Di kiri dan pintu terdapat relung kecil tempat meletakkan arca. Di atas ambang masing-masing relung terdapat pahatan kepala makhluk bertaring dan bertanduk.
           Ruangan dalam tubuh candi saat ini dalam keadaan kosong. Tampaknya semula terdapat arca di dalamnya. Negarakertagama menyebutkan bahwa di dalam bilik candi terdapat arca Syiwa dengan Aksobaya di mahkotanya. Selain itu disebutkan juga adanya sejumlah arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala dan Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih berada di tempatnya. Konon arca Durga kini disimpan di Museum Empu Tantular, Surabaya.
         Dinding luar tubuh candi dihiasi dengan relief yang sampai saat masih belum ada yang berhasil membacanya. Mungkin karena pahatannya yang terlalu tipis. Mungkin juga karena kurangnya informasi pendukung, seperti dari prasasti atau naskah. Kitab Negarakertagama yang menceritakan candi ini secara cukup rincipun sama sekali tidak menyinggung soal relief tersebut. Menurut juru kunci candi, relief itu harus dibaca menggunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam), seperti yang digunakan dalam membaca relief di Candi Kidal. Masih menurut juru kunci candi, relief yang terpahat di tepi barat dinding utara menggambarkan peta areal candi dan wilayah di sekitarnya.
          Antara pelataran belakang candi yang cukup luas dan tertata rapi dengan perkampungan penduduk dibatasi oleh sebuah sungai kecil. Di sudut selatan pelataran terdapat reruntuhan bangunan yang terbuat dari bata merah. Sepertinya bangunan tersebut tadinya adalah sebuah gapura, namun tidak ada keterangan yang bisa didapat mengenai bentuk dan fungsinya semula.

         *Fungsi
                 Dicandi ini biasanya digunakan sebagai acara keagamaan pada hari2 tertentu, sebagai media edukasi bagi pelajar maupun pengunjung tentang nilai seni dan sejarah, sebagai tempat event sendratari, dan juga sebagai tempat hunting foto. maupun pre-wedding. Banyak wisatawan dalam dan luar negeri yang datang untuk berkunjung untuk melihat bangunan bersejarah ini. Candi jawi adalah tempat yang indah karena sebelah barat dan selatan candi terdapat view pemandangan gunung yang sangat indah, apalagi pada saat sunrise dan sunset subhanallah indah sekali ciptaan tuhan. Apabila naik ke lantai atas kita bisa melihat segala penjuru yang ada dibawah. Ditanggal 15 kalender jawa di candi ini biasanya diadakan event untuk umum yakni pentas sendratari yang diprakarsai oleh Disbudpar Kab.Pasuruan.   So... Let's Coming ! :D
 Sekian yang bisa saya share, mudah2an bermanfaat :D
Wassalam :D




Bagikan

Jangan lewatkan

Candi Jawi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.